Selasa, 14 Juni 2011

Sang Pemimpi

Film ini adalah sekuel dari film sebelumnya, Laskar Pelangi, dari sebuah tetralogi yang ditulis Andrea Hirata. Film ini menceritakan mimpi dua anak “biak” Belitung yang ingin sekolah sampai ke Paris, ke Universitas Sorbonne. Mimpi Sorbonne ini ditiupkan oleh seorang guru yang karismatik, yang diperankan oleh Nugie.
Seluruh film ini menggambarkan perjuangan mereka, yang sampai harus kerja jadi kuli supaya bisa tetap sekolah sampai SMA, dan menyimpan uang untuk berangkat kuliah ke Jawa. Namun ini cuma jadi mimpinya pengarang dan sutradara karena penonton gagal untuk ikut dalam mimpi mereka. Karakter para tokoh gagal dikembangkan karena tidak maksimalnya akting dan juga skrip film ini. Film ini gagal bercerita, sehingga alurnya terasa lamban dan tidak berhasil menarik simpati penonton. Film ini jauh dari kualitas film yang juga bertema mengejar mimpi seperti Slumdog Millionaire atau bahkan sekedar film seperti Pursuit of Happiness.
Mungkin ini dikarenakan kultur mengejar mimpi bukanlah sebuah tema yang mengakar dalam budaya melayu. Mengejar mimpi, adalah sebuah ide yang berasal dari barat (lihat konsep pursuit of happiness dalam konstitusi Amerika). Orang Melayu lebih tertarik dengan merantau, berpetualang, melaut, dan bercanda. Jadi ceritanya tidak mengakar pada masyarakat. Mungkin ini adalah mimpi Andrea Hirata pribadi, karena ia sendiri adalah seorang yang lulus dari pendidikan di benua Eropa.
Plotnya juga agak kabur. Di satu pihak ia bercerita tentang mimpi, dan di lain pihak ingin menunjukkan ketangguhan seorang ayah. Sutradara dan penulis skrip gagal meramu kedua tema ini dengan baik, dan akhirnya gagal menyampaikan keduanya.
Untungnya film ini diselamatkan oleh bagian epilog yang menceritakan kisah kedua anak tersebut yang telah merantau ke Jawa, untuk kuliah di UI. Akting Lukman Sardi dan Ariel Peterpan (!). Acungan jempolku untuk Ariel karena aku tidak menyangka ia bisa akting (gak ada hubungannya dengan rekaman video yang “itu” ya) dan sama sekali tidak kalah dengan Lukman yang notabene adalah langganan award perfilman. Logat melayunya juga pas, jadi membuat aku berpikir apakah ia memang punya darah melayu. Mukanya juga pas karena sesuai dengan tokoh Arai remaja. Merekalah yang membuatku masih memberi film ini poin 3/5, ketimbang 2.5/5.
Pemeran remaja mereka, yang adalah pemain baru, tidak meyakinkan. Gaya mereka kaku, berbeda dengan para pemeran anak-anak di dalam Laskar Pelangi. Untung ada kesegaran yang ditawarkan oleh tokoh Zakiah Nurmala, yang diperankan oleh Maudy Ayunda, pemeran Rena dalam film Untuk Rena, yang sudah mulai remaja dan makin manis saja.
Riri Riza dan Mira Lesmana nampaknya harus bekerja lebih keras di sequel berikutnya “Edensor” kalau mau mempertahankan diri sebagai sineas unggulan.  Terus terang menurutku ini adalah film terburuk Riri Riza.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar